IQNA

Mahasiswa Demo Kedubes Myanmar di Jakarta

6:52 - August 15, 2012
Berita ID: 2393244
Tim Sosial dan Politik: Krisis kemanusiaan yang dihadapi etnis minoritas Rohingya masih terus menuai kecaman dari berbagai pihak. Siang ini, sekitar 200 mahasiswa dan beberapa elemen masyarakat berunjuk rasa di depan Gedung Kedutaan Besar Myanmar, Jalan Agus Salim, Jakarta Pusat, Kamis (9/8/2012). Selain mengutuk aksi kekerasan tersebut, mereka juga menuntut pemerintah Myanmar mengakui etnis Rohingya sebagai warganegara.
IQNA cabang Asia Tenggara: "Pertama, kami mengutuk segala bentuk kejahatan kemanusiaan yang terjadi terhadap kaum minoritas Rohingya di Myanmar. Kedua, kami menuntut pemerintah Myanmar untuk mengakui eksistensi etnis Rohingya sebagai warga negara Myanmar sama seperti 135 etnis lain yang hidup di Myanmar," kata salah seorang mahasiswa UI, Gunawan dalam orasinya. Selain itu, mereka juga mendesak pemerintah Indonesia agar mengambil peran yang lebih proaktif, tegas dan positif terhadap penderitaan yang dialami warga Rohingya serta mendesak Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang menaungi aspirasi negara-negara muslim untuk memberi perhatian serius. OKI pun diminta untuk melakukan langkah-langkah diplomasi yang tegas dan mencarikan solusi permanen bagi warga Rohingya. Sementara itu, negara-negara penampung pengungsi juga diminta untuk memberi pelayanan dengan standar internasional. Ratusan pendemo ini di antaranya terdiri dari mahasiswa Univeritas Indonesia (UI), mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Masyarakat Peduli Rohingya, dan Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (JPRMI). Demo yang berlangsung pada pukul 11.00 WIB -12.30 WIB itu sempat membuat macet lalu lintas di depan kantor Kedubes Myanmar. Para demonstan melakukan aksi teatrikal dengan membawa kambing yang dicat merah sebagai simbol penderitaan masyarakat Rohingya. Aksi ini pun sempat dilarang oleh polisi karena khawatir kambing tersebut akan disembelih. Selain itu mereka juga melakukan aksi lempar telur ke dalam gedung Kedubes Myanmar karena tidak diperbolehkan masuk. "Jumat lalu kami sudah datang ke sini tapi tidak diterima, makanya kami datang kembali ke sini dalam jumlah yang lebih besar," ujar Gunawan. 1077829
captcha